Kenalilah Risiko dalam Berinvestasi – Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa dalam melakukan beberapa hal sudah pasti akan ada banyak risiko yang harus di ambil dan di jalani. Dalam berinvestasi, selain bisa mendapat keuntungan, kita juga bisa mengalami kerugian. Kerugian ini merupakan salah satu risiko yang ada dalam berinvestasi. Pada dasarnya, setiap jenis investasi pastinya memiliki risiko, termasuk juga deposito yang disebut sebagai salah satu aset investasi yang jauh lebih aman ketimbang saham. Dalam investasi juga terdapat istilah high risk, high return atau yang berarti semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi pengembalian yang bisa didapatkan. Namun, yang perlu dipahami adalah ada risiko dalam investasi yang tidak bisa dipisahkan.
1. Risiko suku bunga
Risiko suku bunga adalah risiko winwithruss yang timbul karena nilai relatif aktiva berbunga, seperti pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang diakibatkan adanya perubahan suku bunga yang ada di pasaran sehingga akan mempengaruhi pendapatan investasi. Secara umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang digunakan untuk mengelola risiko suku bunga. Contoh, suku bunga obligasi adalah 8-10 persen pada umumnya, namun kemudian pemerintah mengeluarkan Sukuk Ritel yang memiliki suku bunga hingga 12 persen. Dengan begitu, pastinya investor lebih suka dengan Sukuk Ritel ini.
2. Risiko pasar
Risiko pasar ini adalah risiko fluktuasi atau naik turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang disebabkan oleh perubahan sentimen pasar keuangan (seperti saham dan obligasi) yang sering disebut juga dengan risiko sistematik (systematic risk), artinya risiko ini tidak bisa dihindari dan pasti akan selalu dialami oleh investor. Hal ini bahkan bisa membuat investor mendapat capital loss. Perubahan ini bisa dikarenakan beberapa hal seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan, spekulasi termasuk juga perubahan politik.
Contoh, isu kesehatan seorang presiden kemudian memberikan fluktuasi nilai dari rupiah terhadap dolar yang kemudian naik. Namun, tidak perlu panik dan langsung mencairkan dana investasi saat menghadapi fluktuasi pasar. Sebab, penurunan atau peningkatan aset seperti ini tidak terjadi secara terus-menerus.
3. Risiko inflasi
Risiko inflasi, juga disebut risiko daya beli, adalah peluang bahwa arus kas dari investasi tidak akan bernilai sebanyak di masa depan karena perubahan daya beli karena inflasi. Risiko ini memiliki potensi yang merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi. Risiko inflasi adalah risiko yang diambil oleh investor saat memegang uang tunai atau berinvestasi dalam aset yang tidak terkait dengan inflasi. Risikonya adalah bahwa nilai tunai akan berkurang oleh inflasi. Sebagai contoh, jika seorang investor memegang 40 persen dari portofolio tunai Rp10 juta dan inflasi berjalan pada 5 persen, nilai tunai portofolio akan hilang Rp2 juta per tahun (Rp10 juta x 0,4 x 0,05) karena inflasi.